KLUB KAMPUNG BERPRESTASI
PSTS MASA LALU
Kalau saja tak ada Bandara Tabing, mungkin kampung kecil bernama Tabing ini takkan berarti apa-apa. Hal itu wajar, mengingat kampung ini cukup jauh dari pusat kabupaten Padang Pariaman. Di masa lalu, Tabing seperti juga daerah pinggiran kota Padang sekarang, bagi banyak orang sering disebut PAPIKO alias Padang Pinggir Kota atau Padang Pisah Kota. Tapi cemooh sebagai orang pinggiran itu pula yang membuat motivasi bangkit. Sadar bahwa Bandara tak bisa terus jadi kebanggaan - terbukti Bandara akhirnya pindah ke Ketaping - masyarakat Tabing kemudian mencari sesuatu yang lain untuk mencatatkan dirinya di mata siapa saja. Wacana itu akhirnya didapat melalui sepakbola lewat sebuah klub yang bernama PSTS Tabing. Terbukti pada penyelenggaraan Turnamen Sepakbola antar Nagari se Sumbar perebutan Piala Harun Zain Cup, PSTS berhasil menjadi juara dua kali berturut-turut. Di tahun 1976, di final PSTS mengalahkan wakil kota Padang yakni tim Ulak Karang dan 1977 di final juga mengalahkan wakil dari kota Padang yakni Parak Kerambil. Patut dicatat, pada tahun-tahun itu, Tabing belumlah menjadi bagian dari kota Padang, sebaliknya Tabing masih menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Padang Pariaman.
Keberhasilan ini sepertinya menyiratkan bahwa meski hanya merupakan klub kampung, tapi PSTS Tabing sudah berprestasi kota. Padahal, jika melihat sejarah lahirnya, PSTS saat itu baru berumur satu tahun, karena secara resmi PSTS memang baru didirikan pada tahun 1975. Pendiriannya sendiri berawal dari ketidak-puasan sejumlah anak muda pemain bola akibat minimnya sarana dan prasarana untuk bermain sepakbola. Kalau pun dipinjam kepada klub yang ada saat itu, jelas tidak dapat. Akibatnya, berdasarkan prakarsa Nasrun Mansyur (Anas Mansyur) serta bekerja-sama dengan seorang tokoh masyarakat hobi sepakbola bernama M. Yasin (Acin), keduanya sepakat mendirikan sebuah klub sepakbola bernama Persatuan Sepakbola Tabing dan Sekitarnya atau disingkat PSTS Tabing. Alasan pemakaian kata-kata ‘dan Sekitarnya’ seperti dikatakan Anas Mansyur adalah karena bisa saja pemain atau pengurus PSTS tidaklah orang Tabing, sebagaimana terbukti sampai saat ini. Namun pendirian klub baru itu awalnya mendapat tentangan dari sejumlah tokoh masyarakat terutama yang telah memiliki klub sepakbola. Namun akhirnya gejolak itu hilang perlahan-lahan seiring prestasi yang terus ditorehkan klub PSTS. Begitu pula dengan para pemain yang tadinya main di klub lain seperti PST, Portas dan Tabing Putra akhirnya banyak yang bergabung ke klub PSTS Tabing.
PSTS MASA SEKARANG
Sejak era juara piala Harun Zain Cup serta bergabungnya Tabing atau Kec. Koto Tangah menjadi bagian dari kota Padang, nama PSTS Tabing terus berkibar pada persepak-bolaan Sumatera Barat. Tak hanya lewat gelar-gelar juara, tapi juga lewat prestasi perorangan pemain PSTS yang terpilih masuk tim PSP Padang atau Semen Padang saat itu. Di PSP misalnya, pernah tercatat nama seperti Faisal Fahmi, Darman Manggus, Syofinal, Arif Pribadi, Dasrul Aua, Amriyono, Jafri Sastra dan lain-lain. Sedang di Semen Padang juga tercatat nama-nama seperti Arif Pribadi, Eddy Mansyur, Syofinal, Darman Manggus, Erinaldi dan lain-lainnya. Namun meski sudah memiliki segudang prestasi, para pemain dan pengurus PSTS Tabing, tetap saja tidak marah, malahan bangga, jika klub mereka disebut sebagai klub kampung. Ya, biarlah klub kampung, asal PSTS tetap berprestasi kota.
Selama sepuluh tahun belakangan ini pun, nama PSTS Tabing semakin nyata berkibar di seluruh pelosok Sumatera Barat maupun nasional. Para pemain PSTS sering terpilih jadi pemain nasional. Sebutlah seperti Andre Syarifuddin dan Tommy Pranata yang pernah masuk Timnas Pelajar dan Timnas U-20, lalu trio Bobby Satria, Irwandi dan Septia Eferi yang terpilih ke Timnas U-16, meski terakhir hanya Bobby Satria yang bertahan serta akhirnya terpilih sebagai pemain Timnas PSSI U-20 dan U-23, bahkan sempat menjadi Kapten Tim. Setelah Bobby Satria, satu lagi pemain PSTS M. Fauzan Jamal, terpilih pula masuk Timnas Pelajar. Terakhir yang paling membanggakan, di tahun 2008 lalu, seorang pemain PSTS lainnya, Davitra, bahkan terpilih masuk Pelatnas Tim Nasional U-16 yang pelatihannya berlangsung di negara Uruguay. Meski hanya satu tahun berada di sana karena Davitra kemudian dipulangkan akibat cedera, namun keberhasilan Davitra juga seperti menyiratkan bahwa PSTS juga sudah mendunia. Terbukti pemainnya sudah pernah merumput di belahan dunia sana. Sebab selain Davitra, Bobby Satria pun sudah membawa nama PSTS Tabing saat mengikuti Pemusatan Latihan Tim Nasional di Belanda. Keberhasilan para pemain PSTS mendunia ini pulalah yang melatar-belakangi diubahnya logo PSTS Tabing dimana saat ini logo PSTS memakai bola dunia sebagai gambar utama di logo tersebut.
Di masa kompetisi tahun 2008/2009 ini pun sejumlah pemain PSTS lainnya juga berkibar di beberapa klub sepakbola ternama di nusantara ini. Tommy Pranata misalnya sekarang bermain di klub Persisam Putra Samarinda, Bobby Satria di Persebaya Surabaya, M. Fauzan Jamal di Semen Padang, Andre Syarifuddin, Abdul Faisal ‘Buya’ dan Abdil Amar di PSP Padang.
Dari sisi kelembagaan, sejak tahun 2000 sampai tahun 2004, nama PSTS Tabing juga sempat menjulang seiring dilaksanakannya Turnamen Sepakbola Liga Remaja Usia 18 Tahun perebutan trophy bergilir Piala Gubernur yang pelaksanaannya menggunakan semua ketentuan dan peraturan yang ada di PSSI. Peserta turnamen yang digelar sekali dua tahun itu, awalnya hanya klub-klub yunior terbaik se Sumatera Barat. Tapi di tahun 2004, saat Piala Gubernur ke III diperebutkan, turnamen ini meningkat kualitasnya. Dimana tim peserta bukan lagi klub yunior se Sumatera Barat, tapi langsung tim yunior persiapan Piala Suratin dari seluruh Dati II di Sumatera Barat. Turnamen berbiaya besar ini akhirnya memang hanya berlangsung tiga kali di tahun 2000, 2002 dan 2004. Tapi pengaruh dan manfaat turnamen ini sangatlah besar. Sebab melalui turnamen ini setiap Kabupaten / Kota punya kesempatan lebih awal dan terencana untuk mempersiapkan timnya guna mengikuti Kejuaraan Sepakbola U-18 tingkat nasional perebutan Piala Suratin.
Saat ini, PSTS Tabing juga berkeinginan untuk terjun langsung ke Kompetisi Divisi III PSSI, mengingat secara materi pemain dan sistem kompetisi di PSSI memungkinkan. Meski harus diakui bahwa tuntutan sebagai klub sepakbola profesional cukup berat yakni diperlukan dana yang cukup besar, tapi PSTS Tabing lewat pengurus baru yang dipimpin N. NOFI SASTERA - mantan Sekum PSP Padang dan sebelumnya Ketua I PSTS - tetap bertekad untuk mencapai keinginan tersebut. Untuk itu dari tahap-tahapan kerja yang telah disusun, sekarang ini pengurus baru berusaha untuk mewujudkan bagaimana agar infrastruktur dan suprastruktur pencapai tujuan itu bisa terwujud. Untuk itu segala sesuatu yang menjadi persyaratan sebagai klub profesional mulai dilengkapi. Misalnya tentang legalitas klub menyangkut status kepemilikan yang harus dituangkan lewat Akte Notaris. Dan karena tak mau tanggung-tanggung, PSTS dalam kepengurusan baru periode 2009-2013 bahkan membentuk sebuah lembaga khusus yakni Penasehat Hukum yang diharapkan akan membantu pengurus dalam segala hal yang berhubungan dengan masalah hukum termasuk soal Akte Pendirian Klub Profesional tadi. Tentang personil yang mengisi jabatan itu PSTS juga tak mau main-main karena yang ditunjuk untuk itu adalah Pengacara Terkenal Ibrani, SH yang dikenal sebagai Pengacara Gus Dur, mantan presiden Indonesia.
Langkah lain yang juga sedang disiapkan pengurus baru adalah pembuatan sertifikat lapangan PSTS serta pembangunan sarana dan prasarana lain di lapangan seperti lampu untuk bermain malam juga sedang diusahakan. Sasaran yang hendak dicapai jelas yaitu bagaimana PSTS Tabing bisa memiliki sebuah stadion mini yang layak dipakai untuk pertandingan tingkat nasional. Di bagian lain, sesuai persyaratan klub profesional tadi, PSTS pun saat ini sedang membuat sebuah Yayasan yang nantinya akan menjadi motor didirikannya unit-unit usaha milik PSTS. Dengan unit-unit usaha yang dan pemasukan yang pasti seperti inilah nanti PSTS diharapkan mampu tampil mandiri menuju kompetisi profesional.
Terlepas hal itu baru sebatas cita-cita namun sebagaimana motto baru PSTS yakni Generasi Baru Harapan Baru, kiranya keinginan dan cita-cita pengurus baru PSTS ini perlu didukung secara bersama-sama. Memang diakui tidak gampang untuk mencapai cita-cita tersebut. Namun kalau semua mendukung, Insya Allah apa yang diharapkan akan bisa dicapai. Semoga. Amiinn..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar